Jakarta- Lembaga survei Indonesia Research Center (IRC) yang memenangi
pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam quick count pilpres 9 Juli
ini berani menantang akurasi data yang dilakukan oleh lembaga Saiful
Mujani Research and Consulting (SRMC). Menurut Yunita Mandolang, Kepala
Riset IRC, Akurasi hasil survei tidak ditentukan oleh berapa besar
jumlah sample yang digunakan. Pernyataan tersebut menanggapi kata
Anggota tim pemenangan Jokowi-JK Arief Budimanta yang mengatakan SRMC
lebih akurat dengan menggunakan sample sebanyak 4000. Lebih banyak dari
lembaga survei lainnya. “Silahkan dibuka lagi buku statistiknya akurasi
tidak akan meningkat kecuali empat kali lipat lebih besar,” kata Yunita,
saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (12/7).
Yunita memberikan contoh hitung cepat pada Pemilihan Kepala Daerah di
Bali. Saat itu lembaga survei yang melakukan hitung cepat adalah SMRC
dan IRC. Saat itu IRC menggunakan sample sebanyak 300. Sedangkan SMRC
menggunakan 400 sample. Hasilnya hitungan cepat pertarungan head to head
antara Anak Agung Puspayoga-Dewa Nyoman Sukrawan melawan Made Mangku
Pastika-Ketut Sudikerta terdapat dua hasil. Saat itu SMRC pasangan Anak
Agung Puspayoga-Dewa Nyoman Sukrawan unggul dengan perolehan suara 50,31
persen melawan 49,69 persen.
Sebaliknya IRC menyatakan pasangan Made Mangku Pastika-Ketut Sudikerta
yang unggul. Dengan perolehan suara 50,01 persen, pasangan Anak Agung
Puspayoga-Dewa Nyoman Sukrawan memperoleh 49,99 persen. IRC yang
memenangkan pasangan Made Mangku Pastika-Ketut Sudikerta yang benar atau
sesuai dengan hasil KPU. Dengan perolehan 50,02 persen untuk Made
Mangku Pastika-Ketut Sudikerta, 49,98 persen untuk Anak Agung
Puspayoga-Dewa Nyoman Sukrawan Kali ini di kesempatan di Pilpres 2014
SMRC kembali berbeda hasil dengan IRC.
Hasil SMRC dengan 4000 TPS menunjukan bahwa pasangan Prabowo
Subianto-Hatta Rajasa unggul dibanding Jokowi-JK, 52,91 persen – 47,09
persen. Sementara IRC hasil hitung cepat Prabowo-Hatta lebih unggul
dengan perolehan 51,11 persen – 48,89 persen dengan hanya mengambil
sampel 1800 TPS. “Pilkada Bali memberikan pelajaran berarti dimana
hitung cepat harus mencapai 100 persen. Meski awalnya pasangan Puspayoga
unggul dengan stabil, tapi di detik-detik terakhir ada TPS-TPS yang
signifikan yang membalikan keadaan,” kata Yunita. Dia mengatakan sangat
penting untuk menunggu hasil hitung cepat hingga 100 persen. Bukan
menghentikannya sebelum 100 persen. “Seperti diketahui SMRC menghentikan
hitunganya pada data masuk 99,60 persen,” tambahnya. (dil)
copy: Link