Home » » Binatang Terkurung di Balik Jeruji Besi

Binatang Terkurung di Balik Jeruji Besi

Written By Ikatan Pelajar Mahasiswa Sultan Daulat on Sunday, July 13, 2014 | Sunday, July 13, 2014

We will not go down In the night, without a fight You can burn up our mosques and our homes and our schools But our spirit will never die We will not go down In Gaza tonight 

anak-anak israel 
 
CUPLIKAN lagu bertajuk We Will Not Go Down (Song For Gaza) itu kembali mengakrabi telinga kita. Seutas pita hitam yang melengkung dengan latar belakang putih dan tulisan Gaza juga kembali beredar luas di dunia maya. Ya, sekali lagi, mata dunia tertuju ke Jalur Gaza setelah militan Palestina dan militer Israel saling serang. Bermula dari raibnya tiga remaja Israel, siswa seminari Yahudi, di Tepi Barat, kekerasan kembali terlahir di perbatasan Israel-Palestina. 

Ketegangan meningkat saat tiga bocah lelaki berusia 16 tahun dan 19 tahun itu ditemukan tergeletak tanpa nyawa. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pun langsung membombardir Jalur Gaza yang selama ini mereka yakini sebagai sarang militan, terutama Hamas. Bukan hanya IDF, sejumlah ekstremis Yahudi pun melancarkan balas dendam. Mereka menculik dan lantas membakar hidup-hidup seorang remaja Palestina. 

Genderang perang pun bertalu-talu. Aksi balas dendam sekelompok warga Israel itu pun langsung menuai balasan. Kelompok-kelompok militan Jalur Gaza menyarangkan roket-roket mereka tanpa henti ke wilayah Israel. Aksi balasan militan-militan Palestina itu membuat IDF berang. Mereka pun lantas melancarkan aksi militer ke Jalur Gaza. Mereka menyebutnya Operasi Perlindungan Perbatasan. Siklus kekerasan tanpa akhir pun lahir. Hujan roket di perbatasan Israel dan Palestina pun berbalas rudal serta bom. Darah-darah warga sipil tertumpah. Ibu-ibu kehilangan suami dan anak mereka. 

Bocah-bocah Palestina terpisah dari orang tua mereka yang mungkin juga sudah tidak bernyawa. ”Rasanya pemandangan dramatis ini tidak akan pernah berakhir. Tapi, jelas ada tujuan yang ingin dicapai masingmasing pihak,” tandas Ron Ben-Yishai, pengamat militer sekaligus kolumnis senior Israel, sebagaimana dilansir CNN Jumat lalu (11/7). 

Menurut dia, Israel punya tujuan resmi, nonresmi, jangka pendek, dan jangka panjang yang masuk akal bagi masyarakatnya. Tujuan utama aksi militer IDF yang sejauh ini masih dilancarkan dari udara itu, menurut Ben-Yishai, adalah menghentikan serangan roket militan Palestina. ”Pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu ingin menghentikan serangan roket itu secara paksa. Juga, melemahkan Hamas dan kelompokkelompok militan pendukungnya,” ungkap pria 70 tahun tersebut. 

Selain itu, menurut Ben-Yishai, pemerintah berusaha mengebiri Hamas dari kemampuan politik dan sosialnya. Selama ini, kelompok radikal tersebut selalu bisa menarik massa melalui aksiaksi terornya. ”Setidaknya, dua tujuan utama itulah yang ingin mereka capai lewat Operasi Perlindungan Perbatasan,” paparnya. 

Dia optimistis Israel bisa mencapai dua tujuan utamanya tersebut. Berbeda dengan Ben-Yishai, Gideon Levy yang juga pengamat politik senior tidak yakin aksi militer IDF di perbatasan Israel dan Palestina akan membuahkan hasil positif. ”Bukannya menghentikan, seluruh kebijakan tersebut justru akan menyuburkan serangan militan ke Israel,” ungkapnya. Dia khawatir represi IDF justru membuat Hamas semakin kuat. 

Saat ini, menurut Levy, operasi militer IDF akan mampu membungkam Hamas. Tapi, semua itu tidak akan berlangsung lama. Jika ada pemicu kecil saja, IDF dan Hamas akan terlibat perang yang membuat masyarakat internasional geram. ”Itulah yang terjadi sekitar dua tahun lalu dalam Operasi Pilar Pertahanan atau sekitar lima tahun lalu dalam Operasi Kasta Pemimpin,” terangnya. Di mata Levy, penduduk Jalur Gaza tak ubahnya seperti binatang yang terkurung di balik jeruji besi. Mereka menjadi semakin terisolasi karena kemiskinan dan kelaparan. ”Sudah saatnya kita menaruh perhatian lebih pada penduduk Gaza. Jangan kucilkan mereka. Buka saja perbatasan agar mereka bisa bergerak dengan bebas,” usul Levy. 

Kian panasnya tensi politik Israel dan Palestina membuat Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry angkat bicara. Jumat (11/7) lalu dia mengaku prihatin atas pecahnya pertempuran di Jalur Gaza. ”Proses damai yang masih berlangsung pun akan terhenti,” sesal Kerry. Dia juga kecewa dengan absennya perbincangan tentang Jalur Gaza dalam pertemuan dua negara. Sejak Jumat lalu, IDF berancang-ancang hendak melancarkan serangan besar-besaran dari darat. 

Tidak kurang dari 30.000 serdadu siap membela kedaulatan Israel di Jalur Gaza. Bagi Israel, pertempuran tersebut penting untuk menarik simpati dunia. Tapi, bagi Hamas, serangan Israel tersebut akan menjadi penegas bagi dunia bahwa selama ini mereka tertindas. Bahasa kekerasan, tampaknya, menjadi media pilihan Israel dan Palestina untuk menarik perhatian masyarakat internasional. Jika Israel lantas pamer kekuatan militer, militan Jalur Gaza berusaha mengetuk pintu hati seluruh umat manusia supaya menilik kondisi mereka. Sekali lagi, darah tertumpah di perbatasan Israel dan Palestina. Sekali lagi, solidaritas penduduk dunia diuji. (BBC/ CNN/theguardian/hep/c17/tia)

copy: Link
Share this article :
Comments
0 Comments

Post a Comment

Berikan Komentar Anda, Karena Komentar Anda Sangat Kami Harapkan