Sejumlah warga menggunakan perahu motor dan speed boad melakukan pencarian terhadap Saiman (30) warga Lae Pemualen, Kecamatan Runding, Kota Subulussalam yang tenggelam, Sabtu (25/6) kemarin.SERAMBI/KHALIDIN
Menurut informasi yang dihimpun Serambi, peristiwa naas itu terjadi sekitar pukul 13.00 WIB di sekitar perkampungan Tualang Baru (Genting). Saat itu, korban dikabarkan sedang mengemudikan perahu motor atau yang dalam bahasa setempat disebut Robin. Usai mengantar penumpang, korban dikabarkan sedang menelpon istrinya di rumah dengan handphone.
“Menurut informasi dalam telepon, korban mengaku sakit dan pening, tapi pas dijawab istrinya agar istirahat, langsung tidak ada jawaban. Sayangnya yang melihat kejadian sebenarnya hanya anak-anak sehingga tidak begitu jelas,” kata Jaddam Basri, seorang warga. Hingga pukul 18.00 WIB warga masih terus melakukan pencarian terhadap korban yang hanyut tersebut. Namun tidak ada tanda-tanda korban mengambang. Padahal warga bersama tim sudah menelusuri setiap sudut tebing sungai dari mulai lokasi kejadian hingga satu kilometer lebih. Korban diperkirakan masih tersangkut tidak jauh dari lokasi.
Paranormal
Upaya pencarian turut melibatkan dua paranormal. Kedua paranormal, yang dimintai tolong adalah Muid Barat (55) penduduk asal Desa Dah, dan Zakaria Barat, warga Desa Muara Batu-Batu. Muid, salah seorang paranormal yang sudah beberapa kali membantu pencarian orang tenggelam. Menurut Muid, selama ini dia berhasil membantu menemukan korban hanyut tersebut. Obat yang dibuat Muid terdiri dari daun sirih dan telur yang dihanyutkan di atas daun keladi. “Nanti di mana lokasi korban berada maka obat itu akan tenggelam,” ujar Muid.
Sementara seorang anggota SAR, Anhar yang ditanyai di lokasi kejadian mengaku telah melakukan pencarian selama tiga jam lebih namun belum ada tanda-tanda apapun. Anhar mengaku kalau lokasi kejadian tersebut cukup dalam sehingga membuat telinganya berdengung. Jaddam Basri seorang tokoh masyarakat Runding kepada Serambi mengatakan, sudah seharusnya pemerintah memikirkan pengadaan peralatan selam guna membantu orang tenggelam. Pasalnya,di seputar Sungai Souraya hampir tiap tahun ada saja korban tenggelam namun selama ini masyarakat kerap terkendala peralatan selam.
Sebab, jika hanya mengandalkan manual maka kemampuan warga yang menyelam terbatas apalagi di lokasi yang paling dalam. Harapan Jaddam cukup beralasan mengingat daerah ini rawan banjir dan memiliki sungai yang cukup banyak. “Kita memang punya badan SAR tapi peralatannya terbatas, maka ini harus menjadi pemikiran bagi pemerintah agar mengalokasikan dana pengadaan alat selam,” pinta Jaddam.(kh)