Ibnu Hayan (29), Penduduk Desa Sibuasan, Kecamatan Runding, Kota Subulussalam yang dipasung gara-gara menderita penyakit jiwa. Foto direkam, Selasa (22/6).SERAMBI/KHALIDIN
Menurut Salbiah, anak kelima dari hasil perkawinanannya dengan almarhum Arifin Berampu itu mulai mengalami kelainan kejiwaan pada tahun 2004 silam. Namun sakit yang diderita Hayan tidak terus permanen, sewaktu-waktu ia normal. Jika sedang tidak kumat, Hayan menghabiskan waktunya menulis dan membaca buku apa saja. Bahkan saat ditemui Serambi, Hayan sedang menulis surat. Ketika ditanyai apa yang sedang ditulis, apakah puisi atau surat cinta, Hayan hanya tersenyum.
Begitupun ketika ditanyai kenapa bisa sakit apakah lantaran diputuskan sang pacar, Hayan justru menjawab cuek. “Kalau perempuan, telapak kaki ku pun tidak dia dapat,” seloroh Hayan seraya mengaku ingin berobat ke rumah sakit. Salbiah yang didampingi menantunya Bahrul dan Kepala Desa Sibuasan, Ali Imran, mengatakan sudah mengupayakan pengobatan Hayan ke sejumlah dukun secara tradisional malah sampai ke Kutacane namun tidak ada perkembangan. Sementara untuk pengobatan medis, janda tua ini mengaku tidak mampu.
Diakui, anaknya pernah berupaya membeli obat penenang ke apotik di Subulussalam namun tidak dapat lantaran tidak ada surat keterangan dari dokter penyakit jiwa. Karena itu, Hayan hanya menjalani pengobatan secara tradisional. Walau belum pernah mencelakai orang lain, Hayan akhirnya dipasung guna menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Sebab, saat dalam kondisi tidak sadar, Hayan diakui kerap hendak melempar warga. Selain itu, Hayan juga dilaporkan sering merusak meteran listrik warga termasuk meteran rumah orang tuanya. Sehingga pemasungan terpaksa dilakukan. Hayan dipasung dengan rantai yang cukup besar di sebuah rumah seorang diri dengan hanya beralaskan tikar.(kh)