Oleh : Fathuddin Ja’far
Keyakinan Isa adalah Tuhan (anak Tuhan) menjadi peyebab utama
perbedaan Islam dengan Kristen. Perbedaanya sangat bertolak belakang,
yakni 180 derajat. Demikian juga Yahudi meyakini Uzair anak Tuhan.
Seperti itu juga yang terjadi dengan kaum Musyirikin yang menyekutukan
Allah dengan berbagai berhala yang direka-reka oleh nenek moyang mereka.
Islam hanya mengenal dan mengakui konsep Tauhid, yakni mengesakan
Allah. Dan Allah bersih dari klaim berbagai tuhan yang mendampingi-Nya,
baik dalam bentuk rububiyyah (penciptaan), uluhiyyah/ ubudiyyah
(ketaatan pada sistem) maupun asma’ (nama-nama) dan sifat-sifat-Nya.
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa (1) Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (2) Dia tiada beranak dan
tidak pula diperanakkan (3)dan tidak ada seorangpun yang setara dengan
Dia (4)
Tentang keyakinan orang Yahudi dan Nasrani tersebut Allah
membantahnya bahwa yang demikian itu tidak lebih dari ucapan kosong
belaka yang tidak dapat dibuktikan secara faktual. Sebuah keyakinan yang
diyakini turun temurun begitu saja tanpa dapat dicerna oleh akal sehat
dan fitrah yang bersih. Sebuah keyakinan yang didasari ikut-ikutan pada
orang-orang kafir sebelum mereka yang tidak berpegang pada wahyu Allah.
Allah berfirman :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ
اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ
بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ
قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (30
Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan
orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah.” Demikian itu
hanya ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan
orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka, bagaimana
mereka sampai berpaling (dari ajaran Tauhid)?
Keyakinan dan presepsi yang diyakini turun temurun itu semakin mapan
dan parah akibat mereka mengagumi dan mengkultuskan para tokoh agama
(ulama) mereka (Ahbar dan Ruhban), sehingga menjadi berhala-berhala dan
syuyukh dholal wa mudhillin (tokoh-tokoh sesat dan menyesatkan) yang
disembah (lihat tulisan : Berhala Abad 21/ Nasehat Ulama). Penyebabnya
tak lain adalah, para tokoh agama itu tidak mau komitmen penuh dengan
wahyu apa adanya, atau dengan bahasa sekarang “kehilangan trust”
terhadap wahyu Allah, Taurat dan Injil. Allah menjelaskan dalam surat
At-taubah ayat 31 :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ
أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا
أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka
sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih
putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa,
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari
apa yang mereka persekutukan.
Ketika masyarakat bodoh dan tidak mau menuntut ilmu sehingga
pemahaman agama hanya berdasarkan presepsi dan dugaan belaka, maka para
tokoh-tokoh agama itu dengan mudah mengelabui mereka dan
mengarang-ngarang wahyu seakan datang dari Allah, padahal hasil tulisan
mereka sendiri. Allah membongkar kejahatan para tokoh agama itu dalam
firman-Nya surat Al-baqarah : 77 – 79) :
أَوَلَا يَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ
يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ (77) وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ
لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلَّا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا
يَظُنُّونَ (78) فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ
لْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ
هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَوَيْلٌ
لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ
(79)
Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang
mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan? (77) Dan diantara
mereka ada yang ummiyyun (buta huruf), tidak mengetahui Al Kitab
(Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga
(78) Maka neraka wail-lah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan
tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan
maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu.
Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh
tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat
apa yang mereka kerjakan.(79).
Prilaku pemuka agama Nasrani dan Yahudi itu semakin aneh dan tak
masuk akal, sampai-sampai mereka menjelaskan pada umat bahwa mereka
tidak akan masuk neraka kecuali hanya beberapa hari saja. Mereka begitu
berani dan nekatnya demi meyakinkan para pengikut dan umat terhadap
ajaran agama yang kebanyakannya mereka karang sendiri. Allah menjelaskan
dalam surat Al-baqarah ayat 80 – 81 :
وَقَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ
إِلَّا أَيَّامًا مَعْدُودَةً قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدًا
فَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَهُ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا
تَعْلَمُونَ (80) بَلَى مَنْ كَسَبَ سَيِّئَةً وَأَحَاطَتْ بِهِ
خَطِيئَتُهُ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (81)
Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh
api neraka, kecuali selama beberapa hari saja.” Katakanlah: “Sudahkah
kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri
janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak
kamu ketahui?”(80) (Bukan demikian), yang benar: barangsiapa berbuat
dosa dan ia telah dibalut oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya.(81).
Berbagai klaim pemuka agama yahudi dan Nasrani mampu meyihir umat
mereka sehingga mereka percaya begitu saja tanpa mau merujuk kepada
Taurat dan Injil yang sesungguhnya. Saat umat mereka tidak mau bersusah
payah menghidupkan tradisi ilmu dan lebih memilih berfikir instan dan
mengandalkan nasib pemahaman agama kepada para pemuka agama sambil
meninggalkan Kitabullah, di saat itulah para pemuka agama tersebut
dengan leluasa mengarang ajaran agama sesuai syahwat dan persepsi mereka
belaka. Mereka berani mengklaim bukan hanya Uzair dan Isa saja anak
Allah, akan tetapi mereka (Yahudi dan Nasrani) itu juga anak Allah.
Allah menjelaskan dalam surat Al-Maidah ayat 18 – 19 :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى
نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ
بِذُنُوبِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بَشَرٌ مِمَّنْ خَلَقَ يَغْفِرُ لِمَنْ
يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ (18) يَا أَهْلَ
الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلَى فَتْرَةٍ
مِنَ الرُّسُلِ أَنْ تَقُولُوا مَا جَاءَنَا مِنْ بَشِيرٍ وَلَا نَذِيرٍ
فَقَدْ جَاءَكُمْ بَشِيرٌ وَنَذِيرٌ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
(19)
Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: “Kami ini adalah
anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.” Katakanlah: “Maka mengapa
Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?” (Kamu bukanlah anak-anak Allah
dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia(biasa) diantara
orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang
dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Kepunyaan
Allah-lah kerajaan antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala
sesuatu). (18) Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu
Rasul Kami (Muhammad Saw), menjelaskan (syari’at Kami) kepadamu ketika
terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan: “Tidak ada
datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang
pemberi peringatan.” Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.(19)
Begitulah prilaku para pemuka agama di kalangan Yahudi dan Nasrani.
Mereka sangat leluasa mengarang ajaran agama dengan cara; mencampur
adukkan al-haq (kebenaran) dengan al-bathil (kebatilan), menyembunyikan
al-haq (QS.2 : 42 dan 3 : 71), menyimpangkan ayat dari pengertian yang
sebenarnya (QS.4 : 46 dan 5 : 13 dan 41), pandai menyuruh umat berbuat
baik, namun diri mereka melupakannya (QS. 2 : 44) dan lain sebagainya.
Al-Qur’an sebagai Kitab Allah yang terakhir diturunkan untuk umat
manusia, tentunya mencakup kaum Ahlil Kitab (Yahudi dan Nasrani),
membongkar motivasi para tokoh agama Yahudi dan Nasrani berbuat senekat
itu. Motivasi utamanya ternyata adalah kepentingan dunia berupa harta
dan menumpuk tabungan (uang). Allah memperingatkan umat Nabi Muhammad
agar para tokoh agamanya (ulamanya) tidak berprilaku seperti itu,
seperti yang dijelasakan dalam surat Attaubah ayat 34 -35
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّ
كَثِيرًا مِنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ
النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ
يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ
اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (34) يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا
فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ
وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ
تَكْنِزُونَ (35)
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan
harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia)
dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan
tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,(34) pada hari
dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya
dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:
“Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka
rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.”(35)
Sebuah fenomena yang menarik dan aneh bahwa berbagai ajaran
menyimpang yang dikembangkan para pemuka agama Yahudi dan Nasrani
tersebut telah membentuk karakter bangsa Yahudi dan Nasrani menjadi
bangsa yang suka mengingkari janji, kafir pada ayat-ayat Allah, termasuk
pada Al-Qur’an, membunuh para Nabi, sikap keras kepala, menuduh Maryam
dengan tuduhan palsu, mengkalim berhasil membunuh Isa, berbuat berbagai
kezaliman di muka bumi, menghalangi manusia dari jalan Allah, suka makan
riba dan memakan harta manusia dengan jalan yang bathil, kecuali mereka
yang mendalam ilmumnya tetang Taurat dan Injil seperti Waraqah Bin
Naufal dan sebagainya. (QS. 4 : 155 – 162)
Membunuh para Nabi dan memerangi mereka, termasuk Nabi Muhammad dan
para pengikutnya, tentulah perbuatan yang amat tercela dan bahkan
merupakan tindakan terorisme yang tidak dibenarkan sama sekali oleh
Allah Ta’ala. Sikap itu pula yang sekarang dipertontonkan oleh kaum
yahudi di Palestina dan Nasrani di Irak dan Afghanistan. Sebab itu,
tidak heran jika mereka selalu melancarkan serangan dan peperangan
terhadap umat Nabi Muhammad sepanjang masa. Para Nabi saja mereka
perangi dan bunuh, apalagi umat Nabi Muhammad Saw? Allah menjelaskan
dalam surat Al-Baqarah ayat 120 :
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا
النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ
الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ
الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu
hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk
Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu
mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah
tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.
Memperhatikan prilaku dan ajaran kaum Ahlul Kitab yang sangat
menyimpang itu, termasuk umat Nasrani sepanjang masa, khususnya terkait
tentang ketuhanan, ibadah, mu’amalah dan sebagainya timbul beberapa
pertanyaan mendasar : Apa benar yang demikian itu ajaran tuhan Isa?
Kalau benar, apakah pantas Isa menjadi tuhan yang penuh kebencian dan
kebengisan? Mana kasih sayang yang dikalim itu? Kok Tuhan malah dibunuh?
Dan banyak lagi pertanyaan lain yang mendasar.
Sesungguhnya Isa tidak pantas jadi tuhan hanya karena ia lahir tanpa
bapak. Kalau Isa lahir tanpa bapak sudah pantas jadi tuhan, maka Adam
lebih berhak jadi tuhan karena lahir tanpa ibu dan bapak seperti yang
dijelaskan Allah dalam surat Ali Imran, ayat 59 :
إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آَدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi Allah sama seperti Adam. Dia
menciptakannya (Adam) dari tanah, kemudian Dia berkata padanya :
jadilah! Maka jadilah ia.
Jadi, kalau Isa bukan tuhan dan dia hanyalah seorang Nabi sebagaimana
nabi-nabi Allah yang lain, termasuk nabi terakhir Muhammad Saw. timbul
pertanyaan : Ajaran trinitas yang menyekutukan Allah itu ajaran siapa
sebenarnya? Apakah ajarn Isa, atau hanya rekaan para tokoh agama saja?
Allah menjawabnya dalam surat Al-maidah ayat 116 – 188 berikut :
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ
مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ
مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا
لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا
فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ
الْغُيُوبِ (116) مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ
اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا
دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ
عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (117) إِنْ تُعَذِّبْهُمْ
فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ (118)
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam,
adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua
orang tuhan selain Allah?.” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah
patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku
pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada
diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib.”(116) Aku
tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku
dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku
berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah
yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala
sesuatu.(117) Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka
adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(118).
Berdasarkan analisah di atas, kita dapat menyimpulan bahwa Isa itu
bukan tuhan. Dia adalah salah seorang Nabi Allah yang membawa ajaran
Tauhid, sama dengan ajaran tauhid Nabi Muhammad Saw, yang sama-sama
meneruskan ajaran Tauhid bapak/moyang mereka Ibrahim alaihissalam.
Kalau demikian halnya, agama Islam dan Kristen (Nasrani) – termasuk
juga Yahudi dan musyrikin lainya – tidaklah sama. Islam berdasarkan
Tauhid, sedangkan agama yang lainnya berdasarkan syirik. Maka,
hati-hatilah wahai kaum Muslimin dalam menerima undangan menyambut tahun
baru dan hari natal… Wallahul Muwaffiq wal Hadi ila sawa-issabiil…
Note: Situs Web