Laporan : Khalidin
SUBULUSSALAM - Gempa
8,5 SR yang terjadi sekitar pukul 15.38 WIB, yang berpusat di Simeuleu,
Rabu (11/4/2012) tidak menyebabkan kerusakan bangunan atau fasilitas
umum di Kota Subulussalam. Hal itu disampaikan Kapolres Aceh Singkil
AKBP Bambang Syafrianto yang dikonfirmasi melalui Kapolsek Simpang Kiri
AKP Rahman Manurung yang ditanyai Serambinews.com.
AKP
Manurung mengaku sudah menurunkan anggotanya untuk memantau wilayah
Kecamatan Simpang Kiri dan sejauh ini tidak ditemukan korban maupun
kerusakan akibat gempa bumi yang mengguncang daerah ini.”Sudah saya
turunkan anggota ke lapangan dan sampai sekarang tidak ada kerusakan dan
korban,” kata Kapolsek AKP Manurung.
Meski
tidak ada kerusakan namun fasilitas listrik milik PLN sempat padam
akibat gempa. Selain itu telekomunikasi juga terganggu pasca guncangan
gempa hebat. Salah seorang warga Ny.Herlina (28) mengatakan semua warga
yang ada dirumah saat itu keluar rumah untuk menghindari hal-hal tak
diinginkan. Herlina mengakui mereka cukup kaget ketika digoyang gempa
yang begitu kuat terjadi dan bertahan hingga dua menit. (*)
--------
Pantau Komunikasi Relawan RAPI Yang Bertugas dilapangan pasca gempa di SerambiFM 90.2.Mhz
Pantau Komunikasi Relawan RAPI Yang Bertugas dilapangan pasca gempa di SerambiFM 90.2.Mhz
Editor : mufti
Gempa Aceh Adalah Gempa Kembar
Jakarta-Gempa yang terjadi di Provinsi Aceh
Nangroe Darussalam, Rabu (11/4/2012) sore, ternyata bukan satu gempa
utama yang diikuti dengan sejumlah gempa susulan. Rangkaian gempa itu
merupakan dua gempa utama.
"Gempa kemarin sebenarnya gempa kembar. Jadi ada dua gempa utama," kata Danny Hilman Natawijaya, pakar geologi dan palaeotsunami dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Gempa pertama terjadi pada pukul 15.38 WIB dengan kekuatan 8,5 skala Richter. Pusat gempa pada kedalaman 10 km, berjarak 346 km barat daya Kabupaten Simeuleu.
Adapun gempa kedua terjadi pada pukul 17.43 WIB dengan kekuatan 8,1 skala Richter. Pusat gempa punya kedalaman 10 km dan berjarak 483 km barat daya Simeuleu. "Lokasi pusat gempa keduanya memang berdekatan, semua berpusat di luar zona subduksi," kata Danny saat dihubungi Kompas.com, Kamis (12/4/2012).
Akibat dua gempa yang terjadi kemarin, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini akan potensi terjadinya tsunami. Peringatan tsunami diakhiri pukul 19.45 WIB.
Tsunami memang terjadi setelah gempa besar pertama, meskipun dalam intensitas kecil. Berdasarkan informasi BMKG, tsunami terjadi di Meulaboh setinggi 80 cm pukul 17.00 dan di Sabang setinggi 6 cm pukul 17.04.
Tsunami besar tidak terjadi sebab gempa lebih dipicu oleh gerakan sesar miring (oblique) dan di luar zona subduksi. Tsunami besar bisa terjadi bila pusat gempa di zona subduksi dan gerakan sesar vertikal. Hingga saat ini, telah ada 28 gempa susulan yang terjadi akibat dua gempa yang terjadi kemarin. [003-kompas.com]
"Gempa kemarin sebenarnya gempa kembar. Jadi ada dua gempa utama," kata Danny Hilman Natawijaya, pakar geologi dan palaeotsunami dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Gempa pertama terjadi pada pukul 15.38 WIB dengan kekuatan 8,5 skala Richter. Pusat gempa pada kedalaman 10 km, berjarak 346 km barat daya Kabupaten Simeuleu.
Adapun gempa kedua terjadi pada pukul 17.43 WIB dengan kekuatan 8,1 skala Richter. Pusat gempa punya kedalaman 10 km dan berjarak 483 km barat daya Simeuleu. "Lokasi pusat gempa keduanya memang berdekatan, semua berpusat di luar zona subduksi," kata Danny saat dihubungi Kompas.com, Kamis (12/4/2012).
Akibat dua gempa yang terjadi kemarin, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini akan potensi terjadinya tsunami. Peringatan tsunami diakhiri pukul 19.45 WIB.
Tsunami memang terjadi setelah gempa besar pertama, meskipun dalam intensitas kecil. Berdasarkan informasi BMKG, tsunami terjadi di Meulaboh setinggi 80 cm pukul 17.00 dan di Sabang setinggi 6 cm pukul 17.04.
Tsunami besar tidak terjadi sebab gempa lebih dipicu oleh gerakan sesar miring (oblique) dan di luar zona subduksi. Tsunami besar bisa terjadi bila pusat gempa di zona subduksi dan gerakan sesar vertikal. Hingga saat ini, telah ada 28 gempa susulan yang terjadi akibat dua gempa yang terjadi kemarin. [003-kompas.com]
Usai Gempa, 3 Bendera GAM Berkibar di Aceh
Jakarta-Tiga bendera Gerakan Aceh Merdeka
(GAM) dikibarkan Orang Tak Dikenal (OTK) di Aceh Utara, Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Kamis (12/4/2012). Belum diketahui
pelaku maupun motif tindakan tersebut.
Informasi yang dihimpun detikcom, bendera bergambar bulan bintang itu dinaikkan di tengah sawah di Desa Ulee Meuria, Simpang Cot Matahe, Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara, sekitar pukul 05.00 WIB. Bendera tersebut ditemukan seorang petani yang hendak pergi kesawah.
Setelah mendapat laporan warga, polisi bergerak cepat. Sekitar pukul 10.00 WIB, tiga bendera tersebut diturunkan anggota polsek setempat.
Kapolsek Syamtalira Bayu, Iptu Hendro, belum bisa dikonfirmasi. Ponselnya aktif tapi si pemilik tidak mengangkat saat ditelepon. Hingga kini, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian.
Saat ini, tiga bendera tersebut sudah diamankan di Mapolsek Syamtalira Bayu. [003-detik.com
Informasi yang dihimpun detikcom, bendera bergambar bulan bintang itu dinaikkan di tengah sawah di Desa Ulee Meuria, Simpang Cot Matahe, Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara, sekitar pukul 05.00 WIB. Bendera tersebut ditemukan seorang petani yang hendak pergi kesawah.
Setelah mendapat laporan warga, polisi bergerak cepat. Sekitar pukul 10.00 WIB, tiga bendera tersebut diturunkan anggota polsek setempat.
Kapolsek Syamtalira Bayu, Iptu Hendro, belum bisa dikonfirmasi. Ponselnya aktif tapi si pemilik tidak mengangkat saat ditelepon. Hingga kini, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian.
Saat ini, tiga bendera tersebut sudah diamankan di Mapolsek Syamtalira Bayu. [003-detik.com
Firasat Gus Dur Jelang Tsunami Aceh, Mukafi Niam
Jakarta-26 Desember 2004 pagi yang cerah di
Aceh tiba-tiba saja menjadi bencana mengerikan ketika gelombang besar
dari laut atau tsunami meluluhlantakkan segala hal yang ada dibibir
pantai. Ratusan ribu nyawa melayang dan nasib ratusan ribu rakyat
lainnya mengenaskan akibat kehilangan harta benda dan keluarga yang
menopang hidup.
Ditempat lain beberapa minggu sebelumnya, tepatnya di Masjid Agung Demak, H Sulaiman, asisten Gus Dur diperintahkan melalui telepon untuk membuka-buka Al Qur’an dan membaca ayat tepat di halaman yang dibuka tersebut.
Halaman yang terbuka waktu itu adalah surat Nuh, yang menceritakan tentang banjir besar yang melanda dan menghabiskan umat nabi Nuh yang ingkar terhadap Allah.
Sulaiman pun bertanya kepada Gus Dur tentang makna atas surat dalam Al Qur’an yang dibacanya tersebut. “Akan ada bencana besar yang menimpa Indonesia,” kata Gus Dur, tetapi tidak menyebutkan secara detail dimana dan kapan, serta bentuk bencananya seperti apa. Sulaiman pun terdiam mendengan penjelasan tersebut dan tidak banyak berkomentar.
Benar saja, tak berselang lama, tsunami yang diakibatkan oleh gempa berkekuatan 8.9 skala richter, yang berkolasi di Samudera Indonesia, 32 km di dekat Meulaboh Aceh menghebohkan dunia dan menimbulkan korban lebih dari 200 ribu jiwa.
Kesedihan pun melanda bangsa Indonesia, dan secara bersama-sama semuanya bahu-membahu memberikan bantuan yang diperlukan sesuai dengan kemampuannya masing-masing untuk mengurangi penderitaan para korban serta melakukan upaya pemulihan.
Setelah kejadian tersebut, Sulaiman kembali mendiskusikan masalah bacaan surat Nuh dan bencana tsunami Aceh dengan Gus Dur.
“Ini merupakan peringatan Allah bagi orang Aceh dan bangsa Indonesia,” katanya.
Konflik di Aceh berupa keinginan sebagian masyarakat untuk memisahkan diri dari NKRI telah menimbulkan ribuan korban nyawa selama puluhan tahun. Berbagai upaya penyelesaian telah dilakukan, tetapi tak membuahkan hasil dan rakyat terus menderita. Masing-masing pihak tidak mau berkompromi untuk kepentingan rakyat banyak.
Peringatan dari Allah ternyata manjur. Upaya mediasi yang sebelumnya sulit dilakukan ternyata bisa berjalan dengan baik dan menghasilkan perjanjian damai yang berlangsung sampai saat ini. [003-nu.or.id]
Ditempat lain beberapa minggu sebelumnya, tepatnya di Masjid Agung Demak, H Sulaiman, asisten Gus Dur diperintahkan melalui telepon untuk membuka-buka Al Qur’an dan membaca ayat tepat di halaman yang dibuka tersebut.
Halaman yang terbuka waktu itu adalah surat Nuh, yang menceritakan tentang banjir besar yang melanda dan menghabiskan umat nabi Nuh yang ingkar terhadap Allah.
Sulaiman pun bertanya kepada Gus Dur tentang makna atas surat dalam Al Qur’an yang dibacanya tersebut. “Akan ada bencana besar yang menimpa Indonesia,” kata Gus Dur, tetapi tidak menyebutkan secara detail dimana dan kapan, serta bentuk bencananya seperti apa. Sulaiman pun terdiam mendengan penjelasan tersebut dan tidak banyak berkomentar.
Benar saja, tak berselang lama, tsunami yang diakibatkan oleh gempa berkekuatan 8.9 skala richter, yang berkolasi di Samudera Indonesia, 32 km di dekat Meulaboh Aceh menghebohkan dunia dan menimbulkan korban lebih dari 200 ribu jiwa.
Kesedihan pun melanda bangsa Indonesia, dan secara bersama-sama semuanya bahu-membahu memberikan bantuan yang diperlukan sesuai dengan kemampuannya masing-masing untuk mengurangi penderitaan para korban serta melakukan upaya pemulihan.
Setelah kejadian tersebut, Sulaiman kembali mendiskusikan masalah bacaan surat Nuh dan bencana tsunami Aceh dengan Gus Dur.
“Ini merupakan peringatan Allah bagi orang Aceh dan bangsa Indonesia,” katanya.
Konflik di Aceh berupa keinginan sebagian masyarakat untuk memisahkan diri dari NKRI telah menimbulkan ribuan korban nyawa selama puluhan tahun. Berbagai upaya penyelesaian telah dilakukan, tetapi tak membuahkan hasil dan rakyat terus menderita. Masing-masing pihak tidak mau berkompromi untuk kepentingan rakyat banyak.
Peringatan dari Allah ternyata manjur. Upaya mediasi yang sebelumnya sulit dilakukan ternyata bisa berjalan dengan baik dan menghasilkan perjanjian damai yang berlangsung sampai saat ini. [003-nu.or.id]