SUBULUSSALAM - Para pelanggan PDAM yang berada di Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam mengeluh karena sudah bertahun-tahun tidak dapat menikmati air bersih dari fasilitas tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para pelanggan terpaksa menggunakan air sumur.
“Sudah cukup lama air tidak ada mengalir, jadi terpaksa pakai air sumurlah,” kata Bu Ana, seorang pelanggan PDAM di Subulussalam kepada Serambi, Rabu (6/7) kemarin.
Meski air tak mengalit, namun, kata Ana, selama ini para pelanggan tetap membayar beban air PDAM. “Walau air tidak pernah mengalir kami tetap bayar bebannya,” ujar Ana.
Plt. Kepala UPTD Sistim Pelayanan Air Minum (SPAM) Kota Subulussalam, Hamdi Cibro yang dikonfirmasi secara terpisah membenarkan belum mengalirnya air bersih ke pelanggan yang berada di Kota Subulussalam.
Masalah tersebut, menurut Hamdi, lantaran pihaknya masih mengandalkan mesin genset untuk menyedot dan menyuplai air sehingga tidak dapat beroperasi 24 jam. Operasi PDAM Subulussalam selama ini hanya selama sepuluh jam yang dibagi dua shift yakni pagi dan sore.
“Memang untuk pelanggan Subulussalam belum dapat kita penuhi karena kita masih mengandalkan genset yang jam operasinya terbatas,” kata Hamdi.
Hamdi yang didampingi kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Subulussalam, Anasri ST mengatakan, terbatasnya jam operasional air bersih yang dia kelola tersebut berpengaruh terhadap suplai ke pelanggan. Pasalnya, air hanya mampu menyuplai ke pelanggan yang berada di Kecamatan Penanggalan, dan ketika akan masuk ke Simpang Kiri jam operasinya habis.
Hamdi juga mengaku tidak dapat beroperasi secara on-time lantaran masalah biaya. Sebab, biaya bahan bakar minyak (BBM) untuk mesin genset setiap hari mencapai Rp 600 ribu atau sekitar Rp 18 juta setiap bulan.
Diakui, PLN Subulussalam telah membangun jaringan dan memasang satu unit trafo ke lokasi PDAM. Tetapi, lanjut Hamdi, pihaknya belum dapat menyambung api karena biaya pemasangan belum tersedia. Adapun dana yang dialokasikan Pemko Subulussalam merupakan biaya operasional genset.
Menurut Hamdi, sesuai informasi dari pihak PLN, biaya pemasangan plus jaminan instalasi mencapai Rp 180 juta. Untuk masalah ini, Kadis PU Anasri berjanji akan mengupayakan melalui perubahan anggaran yang diperkirakan akan digelar awal Agustus mendatang.
Secara terpisah, Asisten manager (Asman) Niaga PT PLN Subulussalam, Ikwan M mengakui belum dapat menyambungkan api ke PDAM Subulussalam karena belum dibayarnya biaya pemasangan atau BP terkait.
Menurut Ikhwan, biaya pemasangan listrik ke PDAM Subulussalam hanya sebesar Rp. 101.531.000 belum termasuk jaminan instalator. “Kita sudah bangun jaringan dan trafo, tapi PDAM belum bayar BP jadi kita tidak bisa pasang, kalau mereka sudah bayar hari ini juga akan kita sambung,” ujar Ikhwan.(kh)
http://aceh.tribunnews.com/news/view/60395/air-pdam-subulussalam-tak-mengalir
“Sudah cukup lama air tidak ada mengalir, jadi terpaksa pakai air sumurlah,” kata Bu Ana, seorang pelanggan PDAM di Subulussalam kepada Serambi, Rabu (6/7) kemarin.
Meski air tak mengalit, namun, kata Ana, selama ini para pelanggan tetap membayar beban air PDAM. “Walau air tidak pernah mengalir kami tetap bayar bebannya,” ujar Ana.
Plt. Kepala UPTD Sistim Pelayanan Air Minum (SPAM) Kota Subulussalam, Hamdi Cibro yang dikonfirmasi secara terpisah membenarkan belum mengalirnya air bersih ke pelanggan yang berada di Kota Subulussalam.
Masalah tersebut, menurut Hamdi, lantaran pihaknya masih mengandalkan mesin genset untuk menyedot dan menyuplai air sehingga tidak dapat beroperasi 24 jam. Operasi PDAM Subulussalam selama ini hanya selama sepuluh jam yang dibagi dua shift yakni pagi dan sore.
“Memang untuk pelanggan Subulussalam belum dapat kita penuhi karena kita masih mengandalkan genset yang jam operasinya terbatas,” kata Hamdi.
Hamdi yang didampingi kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Subulussalam, Anasri ST mengatakan, terbatasnya jam operasional air bersih yang dia kelola tersebut berpengaruh terhadap suplai ke pelanggan. Pasalnya, air hanya mampu menyuplai ke pelanggan yang berada di Kecamatan Penanggalan, dan ketika akan masuk ke Simpang Kiri jam operasinya habis.
Hamdi juga mengaku tidak dapat beroperasi secara on-time lantaran masalah biaya. Sebab, biaya bahan bakar minyak (BBM) untuk mesin genset setiap hari mencapai Rp 600 ribu atau sekitar Rp 18 juta setiap bulan.
Diakui, PLN Subulussalam telah membangun jaringan dan memasang satu unit trafo ke lokasi PDAM. Tetapi, lanjut Hamdi, pihaknya belum dapat menyambung api karena biaya pemasangan belum tersedia. Adapun dana yang dialokasikan Pemko Subulussalam merupakan biaya operasional genset.
Menurut Hamdi, sesuai informasi dari pihak PLN, biaya pemasangan plus jaminan instalasi mencapai Rp 180 juta. Untuk masalah ini, Kadis PU Anasri berjanji akan mengupayakan melalui perubahan anggaran yang diperkirakan akan digelar awal Agustus mendatang.
Secara terpisah, Asisten manager (Asman) Niaga PT PLN Subulussalam, Ikwan M mengakui belum dapat menyambungkan api ke PDAM Subulussalam karena belum dibayarnya biaya pemasangan atau BP terkait.
Menurut Ikhwan, biaya pemasangan listrik ke PDAM Subulussalam hanya sebesar Rp. 101.531.000 belum termasuk jaminan instalator. “Kita sudah bangun jaringan dan trafo, tapi PDAM belum bayar BP jadi kita tidak bisa pasang, kalau mereka sudah bayar hari ini juga akan kita sambung,” ujar Ikhwan.(kh)